Derita Muslim Uyghur, Derita Muslim Dunia
"Diamnya OKI sebagai Wakil Islam di Dunia"
Uyghur merupakan salah satu suku minoritas resmi yang hidup di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini merupakan keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah, menuturkan bahasa Uyghur serta memeluk agama Islam. Suku Uyghur bersama suku Hui adalahsuku utama pemeluk agama Islam di Tiongkok yang berdomisili dan terpusat di DaerahXinjiang. Meskipun didaulat sebagai daerah otonomi, Xinjiang nyatanya tidak benar-benar bebasdari cengekeraman Partai Komunis China. Dan Parahnya, baru-baru ini Pemerintah Beijing mengeluarkan aturan baru yang isinya melarang Muslim Uyghur untuk melakukan ibadah atau mengenakan pakaian serta symbol keagamaan di depan umum. Hal ini berimbas pula pada aturan boleh memasuki masjid hanya ketika sudah berusia 18 tahun serta memberikan kewajiban bagi setiap pemuka agama untuk melaporkan setiap naskah pidato atau ceramah sebelum sebelum pidato atau ceramah tersebut dibacakan di ruang publik. Disamping itu terdapat pula aturan bahwa tidak diperbolehkannya menggunakan unsur-unsur ritual agama islam terkait pemakaman dan pernikahan sebab dipandang sebagai gejala radikalisme agama oleh pemerintahan China (Sumber : Kompas.com).
Sumber berita Republika mengungkapkan pula tentang kisah Almas Nizamidin yangkembali ke Urumqi, Ibukota Xinjiang setelah sebelumnya meninggalkan China pada tahun 2009 dan menjadi warga Negara Australia pada tahun 2014 untuk mencari istrinya. Sesampai di Urumqi, Ia merasa heran dengan kota kelahirannya yang sudah tak Ia kenali lagi. Telah terjadipendudukan di kota tersebut, tampak tank-tank dan polisi berseliweran di jalanan. Sedangkan Istrinya, Buzaifnafu Abudourexiti dibawa oleh polisi pada Maret 2017 yang kala itu berusia 25 tahun dan hamil 2 bulan. Adapun kejahatan yang dituduhkan kepada istrinya yaitu ekstremisme agama hanya karena pernah studi Islam di Timur Tengah.
Segelintir kisah diatas memberikan tamparan keras bagi muslim dunia dan menjadi preseden buruk yang terus berulang di Negara-negara dengan muslim sebagai minoritas. Derita muslim Uyghur harus menjadi sorotan serius bagi pemimpin muslim dunia, dan Indonesia sebagai Negara muslim terbesar dunia seharusnya memberikan kecaman keras terhadap intimidasi yang dilakukan oleh Pemerintah China terhadap muslim Uyghur di Xinjiang. Sebab derita muslim yang tertindas dimanapun sepatutnya turut menjadi derita bagi Muslim lainnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda : “Perumpamaan kaum muslim dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam ( H.R Muslim ).
Beberapa akademisi, , jurnalis, dan organisasi Hak Asasi Manusia telah melakukan investigasi dan melaporkan atas pelanggaran HAM yang terjadi di Xianjiang dan menunjukkan betapa tidak jujurnya pemerintahan China soal klaim aman atas stabilitas keamanan bagi satu juta Muslim Uyghur yang ditawan sewenang-wenang di kamp yang katanya sebagai “pendidikan politik” di Xinjiang, yang mereka didoktrin secara paksa dalam Xi Jinping Thought. Dokumen penelitian Human Rights Watch menyoroti pembatasan pengamalan beragama dan diskriminasi terhadap minoritas.
Parahnya, dalam kasus ini Negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) tidak ada satupun yang memberikan kecaman keras terhadap intimidasi ini, termasuk Indonesia. Hanya Turki saja yang memberikan perhatian pada masalah tersebut, namun tanpa penekanan khusus atas Xinjiang. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi dunia Islam atas diamnya Pemimpin-pemimpin Islam di dunia.
Penulis sendiri secara tegas memberikan julukan “Pengecut” untuk Seluruh Pemimpin Negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Julukan“Pengecut” ini penulis utarakan bukan dengan tanpa landasan. Intimidasi terhadap Muslim minoritas bukan hanya terjadi sekali dua kali, namun telah terjadi beberapa kali di belahan bumi pada zaman ini. Penindasan dan Pembunuhan masal di Palestina yang dilakukan oleh Bangsa Israel, pembunuhan dan pengusiran etnis Rohingya di Miyanmar, Serangan musuh Islam di Iraq, Suriah, dan Yaman, tak satupun Negara yang tergabung dalam OKI memberikan aksi nyata secara serius untuk menangani persoalan umat muslim ini. Mereka terlalu dinina-bobokkan dengan kenyamanan serta keamanan hidup di Negara mereka masing-masing. Lupa bahwa muslim ini satu tubuh yang jika satu bagian terluka, seharusnya bagian lain juga merasakan perih yang sama. Umat Islam yang tertindas seakan hidup sendiri tanpa perlindungan dari umat islam lain yang pengecut atas kezaliman yang diderita saudaranya.
Akankah penindasan ini terus terulang? Dimana nurani kita sebagai umat muslim dunia?. Haruskah kita diam dan hanya melantunkan do’a tanpa aksi yang nyata untuk mengakhiri penindasan ini. Umat islam dunia saat ini hanya sibuk mengurus urusan remeh temeh khilafiah, namun lupa untuk menjaga persatuan. Maka wajar solidaritas dan rasa empati itu telah mati di tubuh umat islam serta wajar pula jika Rasulullah mencap umat Islam akhir zaman ini sebagai buih di lautan, banyak, tapi tidak mampu berbuat apa-apa atas intimidasai yang dilakukan musuh, terombang ambing dihempas angin, dihantam ombak. Diperebutkan bak makanan di meja makan, ditarik kepala, tangan dan kakinya oleh musuh Islam.
Jika memang berani bersuara atas penindaan dan intimidasi ini, setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti dengan melakukan pemanggilan hingga pengusiran duta besar Negara yang bersangkutan, pemboykotan produk, atau mungkin dengan mengirim pasukan pembebasan. Namun, rasa-rasanya mustahil pemimpin muslim dunia berani melakukan pembebasan terhadap muslim yang tertindas. Sebab, jangankan mengirim pasukan, memberikan kecaman saja sudah sedemikian ciutnya nyali mereka.
Di penghujung tulisan ini penulis ingin memaparkan sebuah hadits Rasulullah SAW untuk segenap Pemimpin dunia Islam. Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman (Riwayat Muslim) “.
No comments:
Write comments