Sunday 8 January 2017

Tips Menjadikan Anak sebagai Qurrata A’yun

http://2.bp.blogspot.com

Anak adalah anugerah sekaligus  amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kedua orang tua. Anak akan menjadi anugerah tatkala anak terlahir menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah, ta’at terhadap kedua orang tua, dan dapat memberikan manfaat bagi orang disekitarnya. Sebaliknya anak dapat juga menjadi musibah bagi kedua orang tuanya tatkala seorang anak terlahir menjadi pribadi yang buruk, durhaka terhadap kedua orang tua, gemar melakukan kemaksiatan, kriminalitas dan selalu melanggar perintah Allah SWT. Oleh sebab itu diperlukan didikan yang tepat agar anak terlahir menjadi pribadi yang didambakan baik bagi kedua orang tua maupun bagi orang disekitarnya.
Al-Quran membagi kedudukan anak bagi kedua orang tuanya menjadi empat klasifikasi. Pertama, yaitu anak sebagai musuh bagi kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S At-Taghobun ayat 14 yang artinya  “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”
Kita tentunya pernah mendengar berita-berita di media cetak maupun media massa mengenai kisah seorang ibu yang  dipidanakan oleh anak kandungnya sendiri, kisah seorang nenek-nenek yang ditelantarkan oleh anak kandungnya, dan masih banyak kasus-kasus kedurhakaan anak lainnya yang dilakukan terhadap kedua orang tua. Hal semacam ini tidaklah kita inginkan terjadi pada diri kita tatkala kita menjadi orang tua kelak.
Kedua, yaitu anak sebagai musibah atau ujian bagi kedua orang tua. Hal ini dijelaskan dalam Q.S At-Taghobun ayat 15 yang artinya : “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) , dan di sisi Allah pahala yang besar.” Anak akan menjadi musibah tatkala anak-anak kita terjerumus dalam pergaulan yang negatif, misalnya sering melakukan tawuran, mengkonsumsi narkoba, dan berbagai perbuatan buruk lain yang akan memperburuk nama baik kedua orang tua.
Ketiga, yaitu anak sebagai perhiasan, sebagai mana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi ayat 46, yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Maksud anak menjadi perhiasan disini adalah tatkala anak terlahir sebagai pribadi yang membanggakan kedua orang tuanya, memiliki kepintaran, selalu berprestasi di sekolah, serta memiliki kecantikan dan keelokan rupa. Anak semacam ini hanya sekedar menjadi kebanggaan duniawi semata bagi orang tua yang memilikinya. Layaknya perhiasan, seorang anak hanya sebatas elok dipandang namun tidak akan mampu memberikan manfaat yang banyak tatkala di akhirat kelak.
 Hal terpenting disamping seorang anak dapat dibanggakan oleh kedua orang tua di kehidupan dunia dengan segala macam prestasi yang dicapai, kecantikan, dan segala macam bentuk kebanggaan keduniaan. Anak juga harus bisa menjadi pribadi sebagaimana yang akan dijelaskan pada kedudukan anak yang terakhir.
 Keempat, adalah anak sebagai Qurrata A’yun ( penyejuk mata  atau penyenang hati). Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al Furqon ayat 74, yang artinya: “Dan orang-orang yang berkata”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai Qurrata A’yun  (penyenang hati (kami)) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”  
Anak akan menjadi penyejuk mata (Qurrata A’yun bagi orang tuanya ialah tatkala anak menjadi pribadi yang sholeh/sholehah, gemar melakukan ibadah, dan berbagai perbuatan baik lainnya. Anak kategori yang keempat ini kelak akan menjadi amal jariah bagi kedua orang tuanya, hal ini sejalan dengan hadits nabi Muhammad SAW “jika telah meninggal anak adam maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, serta anak sholeh yang selalu mendo’akannya.
Orang tua mana yang tidak menginginkan anak dengan kategori yang keempat ini. Namun untuk menjadikan anak sebagai Qurrata A’yun tentunya bukanlah perkara mudah. Anak haruslah dididik sedari kecil dengan ajaran agama dan pola didik yang tepat. Hal ini penting sebab agama merupakan pondasi awal pembentukan keperibadian yang islami. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tips-tips yang diajarkan Sayyidina Ali r.a sebagai berikut.
Sayyidina Ali radiallahu ‘anhu membagi periode kembang anak dalam beberapa periode sebagai berikut, yakni 0-7 tahun, 7-14 tahun, dan 14-21 tahun. Pada usia 7 tahun pertama perlakukanlah anak sebagai raja. Ada beberapa zona yang harus diperhatikan pada periode ini yaitu jangan mudah  marah-marah terhadap anak, jangan banyak larangan. Fahamilah bahwa anak pada periode ini masih dalam kategori anak-anak, ketahuilah bahwa saat ini yang sedang berkembang pada si anak tersebut adalah otak kanannya, wajar jika salah.
Pada periode kedua perlakukanlah anak layaknya pembantu atau tawanan. Pada fase inilah anak harus diajarkan kemandirian seperti mencuci pakaian sendiri, mencuci piring, menyetrika pakaian dan sebagainya. Disamping itu ajarkan pula anak untuk disiplin dalam melaksanakan rukun-rukun islam seperti shalat, puasa, dan sebagainya. Pemberlakuan reward and punishment dapat diberlakukan pada periode ini, hal ini diharapkan agar anak terpacu untuk selalu mandiri dan disiplin beribadah kepada Allah SWT.
Selanjutnya pada periode ketiga, perlakukanlah anak layaknya sahabat. Pada periode ini anak sudah dapat diberikan kebebasan menentukan jalannya sendiri. Posisikan orang tua sebagai sahabat tempat anak berkeluh kesah. Hal ini agar terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Dengan pembagian periode kembang anak menjadi tiga periode  tersebut diharapkan anak dapat menjadi pribadi yangdidambakan, baik secara akhlak , agama, maupun intelektualnya. Dengan ini, anak akan siap menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maupun bagi orang disekitarnya. Dan yang terpenting anak akan dapat menjadi Qurrata A’yun bagi kedua orang tua. Bukan hanya menjadi perhiasan dunia semata, namun dapat pula menjadi bekal orang tua tatkala di akhirat kelak.

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments