http://2.bp.blogspot.com |
Anak adalah anugerah
sekaligus amanah yang dititipkan oleh
Allah SWT kepada kedua orang tua. Anak akan menjadi anugerah tatkala anak
terlahir menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah, ta’at terhadap kedua orang
tua, dan dapat memberikan manfaat bagi orang disekitarnya. Sebaliknya anak
dapat juga menjadi musibah bagi kedua orang tuanya tatkala seorang anak
terlahir menjadi pribadi yang buruk, durhaka terhadap kedua orang tua, gemar
melakukan kemaksiatan, kriminalitas dan selalu melanggar perintah Allah SWT.
Oleh sebab itu diperlukan didikan yang tepat agar anak terlahir menjadi pribadi
yang didambakan baik bagi kedua orang tua maupun bagi orang disekitarnya.
Al-Quran membagi
kedudukan anak bagi kedua orang tuanya menjadi empat klasifikasi. Pertama,
yaitu anak sebagai musuh bagi kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan dalam Q.S At-Taghobun ayat 14 yang
artinya “Wahai orang-orang yang
beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan
dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha
Penyayang.”
Kita tentunya pernah
mendengar berita-berita di media cetak maupun media massa mengenai kisah
seorang ibu yang dipidanakan oleh anak
kandungnya sendiri, kisah seorang nenek-nenek yang ditelantarkan oleh anak
kandungnya, dan masih banyak kasus-kasus kedurhakaan anak lainnya yang
dilakukan terhadap kedua orang tua. Hal semacam ini tidaklah kita inginkan
terjadi pada diri kita tatkala kita menjadi orang tua kelak.
Kedua, yaitu anak
sebagai musibah atau ujian bagi kedua orang tua. Hal ini dijelaskan dalam Q.S At-Taghobun ayat 15 yang artinya : “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu) , dan di sisi Allah pahala yang besar.” Anak akan menjadi musibah
tatkala anak-anak kita terjerumus dalam pergaulan yang negatif, misalnya sering
melakukan tawuran, mengkonsumsi narkoba, dan berbagai perbuatan buruk lain yang
akan memperburuk nama baik kedua orang tua.
Ketiga, yaitu anak
sebagai perhiasan, sebagai mana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi ayat 46,
yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal
kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan.” Maksud anak menjadi perhiasan disini adalah
tatkala anak terlahir sebagai pribadi yang membanggakan kedua orang tuanya,
memiliki kepintaran, selalu berprestasi di sekolah, serta memiliki kecantikan
dan keelokan rupa. Anak semacam ini hanya sekedar menjadi kebanggaan duniawi
semata bagi orang tua yang memilikinya. Layaknya perhiasan, seorang anak hanya
sebatas elok dipandang namun tidak akan mampu memberikan manfaat yang banyak
tatkala di akhirat kelak.
Hal terpenting disamping seorang anak dapat
dibanggakan oleh kedua orang tua di kehidupan dunia dengan segala macam
prestasi yang dicapai, kecantikan, dan segala macam bentuk kebanggaan
keduniaan. Anak juga harus bisa menjadi pribadi sebagaimana yang akan
dijelaskan pada kedudukan anak yang terakhir.
Keempat, adalah anak sebagai Qurrata A’yun (
penyejuk mata atau penyenang hati). Hal
ini dijelaskan dalam Q.S Al Furqon ayat 74, yang artinya: “Dan orang-orang yang
berkata”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan
kami sebagai Qurrata A’yun (penyenang
hati (kami)) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Anak akan menjadi
penyejuk mata (Qurrata A’yun bagi orang tuanya ialah tatkala anak menjadi
pribadi yang sholeh/sholehah, gemar melakukan ibadah, dan berbagai perbuatan
baik lainnya. Anak kategori yang keempat ini kelak akan menjadi amal jariah
bagi kedua orang tuanya, hal ini sejalan dengan hadits nabi Muhammad SAW “jika
telah meninggal anak adam maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu
sedekah sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, serta anak sholeh yang selalu
mendo’akannya.
Orang tua mana yang
tidak menginginkan anak dengan kategori yang keempat ini. Namun untuk
menjadikan anak sebagai Qurrata A’yun tentunya bukanlah perkara mudah. Anak
haruslah dididik sedari kecil dengan ajaran agama dan pola didik yang tepat.
Hal ini penting sebab agama merupakan pondasi awal pembentukan keperibadian
yang islami. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tips-tips yang diajarkan
Sayyidina Ali r.a sebagai berikut.
Sayyidina Ali
radiallahu ‘anhu membagi periode kembang anak dalam beberapa periode sebagai
berikut, yakni 0-7 tahun, 7-14 tahun, dan 14-21 tahun. Pada usia 7 tahun
pertama perlakukanlah anak sebagai raja. Ada beberapa zona yang harus
diperhatikan pada periode ini yaitu jangan mudah marah-marah terhadap anak, jangan banyak
larangan. Fahamilah bahwa anak pada periode ini masih dalam kategori anak-anak,
ketahuilah bahwa saat ini yang sedang berkembang pada si anak tersebut adalah
otak kanannya, wajar jika salah.
Pada periode kedua
perlakukanlah anak layaknya pembantu atau tawanan. Pada fase inilah anak harus
diajarkan kemandirian seperti mencuci pakaian sendiri, mencuci piring,
menyetrika pakaian dan sebagainya. Disamping itu ajarkan pula anak untuk
disiplin dalam melaksanakan rukun-rukun islam seperti shalat, puasa, dan
sebagainya. Pemberlakuan reward and
punishment dapat diberlakukan pada periode ini, hal ini diharapkan agar
anak terpacu untuk selalu mandiri dan disiplin beribadah kepada Allah SWT.
Selanjutnya pada
periode ketiga, perlakukanlah anak layaknya sahabat. Pada periode ini anak
sudah dapat diberikan kebebasan menentukan jalannya sendiri. Posisikan orang
tua sebagai sahabat tempat anak berkeluh kesah. Hal ini agar terjalin
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Dengan pembagian
periode kembang anak menjadi tiga periode tersebut diharapkan anak dapat menjadi pribadi
yangdidambakan, baik secara akhlak , agama, maupun intelektualnya. Dengan ini,
anak akan siap menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
disekitarnya. Dan yang terpenting anak akan dapat menjadi Qurrata A’yun bagi
kedua orang tua. Bukan hanya menjadi perhiasan dunia semata, namun dapat pula
menjadi bekal orang tua tatkala di akhirat kelak.
No comments:
Write comments