Wednesday 8 November 2017

Khilafah Islamiah Vs Faham Komunis, Sama Bahayakah?

 
sumber : https://1.bp.blogspot.com


Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar dengungan kaum liberalis yang menyama-ratakan bahaya kebangkitan komunis dengan khilafah islamiah. Ini merupakan penyama-rataan yang salah kaprah dan merupakan upaya doktrinisasi untuk menjauhkan nilai-nilai islam dan cita-cita kebangkitan islam ( khilafah ) di hati umat islam, atau lebih tepatnya agar umat islam sendiri menjadi benci dengan khilafah. Untuk menjawab penyamaan-penyamaan yang dilakukan oleh kaum liberalis tersebut, sebaiknya kita jawab dengan memberikan perbandingan fakta sejarah ketika kebangkitan islam tegak dan ketika kebangkitan komunis tegak.

Agama islam dibawa oleh nabi Muhammad yang lahir pada 12 Rabiul Awwal tahun gajah atau bertepatan dengan 20 April 571 Masehi , sosok yang sedernana, santun tutur katanya, mandiri, serta senang tolong-menolong dan dapat dipercaya. Agama islam lahir sejalan turunnya wahyu pertama yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi. Agama islam yang awalnya disebarkan secara sembunyi-sembunyi, seiring berjalannya waktu Allah perintahkan untuk disampaikan secara terang-terangan. Dakwah yang disampaikan secara terang-terangan menimbulkan gejolak di kalangan kaum Quraisy. Cacian, intimidasi, penyiksaan, hingga pemboikotan dari sisi perekonomian terus-menerus dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap umat islam. Dakwah yang santun berbalas dengan kekerasan.

Ini terus berlanjut hingga turunlah perintah hijrah ke madinah. Di madinah umat islam diterima dengan sangat baik. Dakwah yang santun, bukan dengan pembebasan dan kekerasan berimbas pada berbondong-bondongnya orang-orang Madinah datang untuk memeluk agama islam. Di madinah nabi membentuk tatatan masyarakat baru, kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Bangsa yahudi dan bangsa arab yang belum menganut agama islam dijamin keberadaannya. Hal ini tertuang dalam Piagam Madinah yang isinya sebagai berikut :
- Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
- Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama kaum muslimin.
- Kaum Yahudi tetap dengan Agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin.
- Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
- Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau menghadapi musuh.
- Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
- Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
- Semua penduduk Madinah di jamin keselamatanya kecuali bagi yang berbuat jahat”.

Demikian pula jika kita mempelajari peristiwa-peristiwa pembebasan yang pernah dilakukan oleh umat islam. Bermula ketika pembebasan kota mekkah. Pembebasan ini merupakan pembebasan yang terjadi disebabkan oleh bani bakr yang bersekutu dengan kaum Quraisyh melanggar perjanjian damai hudaibiyah yang dibuat bersama dengan menyerang bani khuza’ah yang bersekutu dengan kaum muslimin. Atas pengkhianatan ini, kaum Quraisy bukannya memilih denda ataupun memutuskan hubungan dengan bani bakr sebagaimana yang ditawarkan oleh kaum muslimin sebagai akibat bani bakr yang telah melanggar perjanjian damai, melainkan justru memilih membatalkan perjanjian hudaybiah dan atas dasar itulah terjadinya pembebasan kota mekkah. Umat islam dengan 10.000 pasukan telah bersiap untuk menyerang kota mekkah dan tepatnya pada tanggal 1 Januari 630 M kota mekkah berhasil ditaklukkan dengan damai, tanpa peperangan.

Agama islam terus berkembang berlanjut dengan kepemimpinan khulafa urrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiah, hingga kekhalifahan terakhir Ottoman. Bisa kita lihat bagaimana damainya ajaran islam pun pada saat masa pembebasan dan peperangan. Kita ingat kembali kisah pembebasan palestina untuk kedua kalinya yang dilakukan oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Paska pembebasan, Shalahuddin masuk ke bumi Palestina dengan penuh kedamaian. Sikapnya yang lemah lembut dan penuh toleransi berhasil merobohkan persepsi buruk betapa kejamnya Salahuddin Al-Ayyubi di mata tentara salib. Di akhir pembebasan, pujian terhadap santunnya akhlak salahuddin al-Ayyubi bukan hanya didengungkan di kalangan umat islam saja, pun Raja tentara salibpun turut mengakui keluhuran budinya. Seluruh masyarakat palestina dengan segala Ras dan agama diberi hak yang sama, saling menjaga dan saling toleransi membangun tatanan palestina yang baru, tanpa tirani.

Selanjutnya kita pelajari kembali bagaimana Muhammad Al-Fatih menaklukkan konstantinopel. Setelah pembebasan terjadi apakah masyarakat konstantinopel yang tidak seakidah dengan ras yang berbeda dizalimi dan diintimidasi? Sejarah secara gamblang mencatat peristiwa paska pembebasan. Ketika Muhammad Al-Fatih berhenti di depan gereja besar. Didapatinya masyarakat Konstantinopel yang berlindung dan khawatir akan keselamatannya. Mereka teringat kejadian masa lalu di hari yang sama, ketika masyarakat muslim dibantai saat wilayahnya dikuasai. Namun Al-Fatih berkata, “Pergilah kalian wahai warga Konstantinopel yang ingin keluar dari sini, dan yang ingin tinggal maka kita bangun negeri ini bersama-sama”.

Muhammad Alfatih tidak mengatakan “pergilah atau masuk ke dalam islam” terhadap bangsa yang ditaklukinya, melainkan melindungi dan mengajak mereka bersama-sama membangun tatanan konstantinopel yang baru. Pun di Indonesia, islam masuk dengan damai melalui jalur perdagangan dan pernikahan serta dakwah yang santun. Dan ketika umat islam menjadi mayoritas di Indonesia, apakah yang minoritasnya dipinggirkan? Di Aceh yang menerapkan syari’at islam apakah lantas yang minoritas ditindas?. Pancasila lahir di tengah-tengah pemikiran umat islam. Lihat bagaimana kemurahan hati umat islam mayoritas ketika terjadi perbedaan pendapat pada sila pertama usulan Muhammad Yamin yang kini menjadi piagam Jakarta. Atas dasar toleransi umat islam yang mayoritaslah rumusan sila pertama tersebut diubah redaksinya hingga lahirlah sebagaimana pancasila  yang masih kita junjung tinggi sekarang.

Berbeda dengan ketika komunis berkuasa. Di China, di Kamboja, bahkan di Indonesia, atau di Negara-negara komunis lainnya. Sebuah artikel yang ditulis oleh Abdullah Manshur di majalah Turkistan, Al Islamiyah, menceritakan bagaimana kejahatan rezim Komunis Cina di Turkistan Timur. Di bawah kepemimpinan Mao Tse Tung, komunis china telah membantai sebanyak 4,5 juta Muslim. Mereka juga mengembargo ekonomi kaum Muslimin di Uighur di Turkistan Timur, melarang mereka untuk menduduki jabatan di pemerintahan, mencegah mereka dari berhubungan dengan kaum Muslimin lainnya di luar Turkistan, serta melarang mereka untuk pergi ke luar negeri.

Beda lagi ketika Komunis Khmer Merah berkuasa di kamboja. Ketika berkuasa, banyak penduduk kamboja yang ditangkap, disiksa, dan dibunuh oleh aparat Negara mereka sendiri. Tercatat selama khmer merah berkuasa, setidaknya sebanyak 2 juta jiwa rakyat kamboja meninggal dunia. Dan di Indonesia dapat kita lihat sendiri fakta sejarahnya ketika pemberontakan PKI 1948 di madiun dan ketika pemberontakan partai komunis Indonesia 30 September 1965, saksikan berapa banyak ulama, jenderal, dan masyarakat sipil kita yang terbunuh oleh kekejaman partai komunis Indonesia. Semua kisah diatas bukan merupakan dongeng dan isapan jempol belaka, adalah fakta yang telah terbukti kebenarannya.
Sebab itu, sangat tidak layak jika kebangkitan umat islam dan khilafah Islamiyah disandingkan dengan ideologi komunis. Kita boleh tidak setuju dengan konsep khilafah, tapi hendaklah tidak mencela mereka yang mendambakan konsep khilafah itu sendiri dengan menyama-nyamakan mereka layaknya ISIS dan komunis yang untuk menegakkan ideologinya menggunakan cara-cara yang tidak berprikemanusiaan. Khilafah islamiah adalah ideologi yang santun, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan bahkan dalam situasi perang sekalipun.


    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments