sumber : https://1.bp.blogspot.com
Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar dengungan kaum liberalis
yang menyama-ratakan bahaya kebangkitan komunis dengan khilafah islamiah. Ini
merupakan penyama-rataan yang salah kaprah dan merupakan upaya doktrinisasi
untuk menjauhkan nilai-nilai islam dan cita-cita kebangkitan islam ( khilafah )
di hati umat islam, atau lebih tepatnya agar umat islam sendiri menjadi benci
dengan khilafah. Untuk menjawab penyamaan-penyamaan yang dilakukan oleh kaum
liberalis tersebut, sebaiknya kita jawab dengan memberikan perbandingan fakta
sejarah ketika kebangkitan islam tegak dan ketika kebangkitan komunis tegak.
Agama islam dibawa oleh nabi
Muhammad yang lahir pada 12 Rabiul Awwal tahun gajah atau bertepatan dengan 20
April 571 Masehi , sosok yang sedernana, santun tutur katanya, mandiri, serta
senang tolong-menolong dan dapat dipercaya. Agama islam lahir sejalan turunnya
wahyu pertama yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad pada
tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi. Agama islam yang awalnya
disebarkan secara sembunyi-sembunyi, seiring berjalannya waktu Allah
perintahkan untuk disampaikan secara terang-terangan. Dakwah yang disampaikan
secara terang-terangan menimbulkan gejolak di kalangan kaum Quraisy. Cacian,
intimidasi, penyiksaan, hingga pemboikotan dari sisi perekonomian terus-menerus
dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap umat islam. Dakwah yang santun berbalas
dengan kekerasan.
Ini terus berlanjut hingga
turunlah perintah hijrah ke madinah. Di madinah umat islam diterima dengan
sangat baik. Dakwah yang santun, bukan dengan pembebasan dan kekerasan berimbas
pada berbondong-bondongnya orang-orang Madinah datang untuk memeluk agama
islam. Di madinah nabi membentuk tatatan masyarakat baru, kaum Muhajirin
dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Bangsa yahudi dan bangsa arab yang belum
menganut agama islam dijamin keberadaannya. Hal ini tertuang dalam Piagam
Madinah yang isinya sebagai berikut :
- Kaum Yahudi bersama kaum
muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
- Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan
sama kaum muslimin.
- Kaum Yahudi tetap dengan
Agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin.
- Semua kaum Yahudi dari semua
suku dan kabilah di Madinah diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
- Kaum Yahudi dan muslimin harus
saling tolong menolong dalam memerangi atau menghadapi musuh.
- Kaum Yahudi dan muslimin
harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika
terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
- Kota Madinah dipertahankan
bersama dari serangan pihak luar.
- Semua penduduk Madinah di
jamin keselamatanya kecuali bagi yang berbuat jahat”.
Demikian pula jika kita
mempelajari peristiwa-peristiwa pembebasan yang pernah dilakukan oleh umat
islam. Bermula ketika pembebasan kota mekkah. Pembebasan ini merupakan pembebasan
yang terjadi disebabkan oleh bani bakr yang bersekutu dengan kaum Quraisyh
melanggar perjanjian damai hudaibiyah yang dibuat bersama dengan menyerang bani
khuza’ah yang bersekutu dengan kaum muslimin. Atas pengkhianatan ini, kaum
Quraisy bukannya memilih denda ataupun memutuskan hubungan dengan bani bakr
sebagaimana yang ditawarkan oleh kaum muslimin sebagai akibat bani bakr yang
telah melanggar perjanjian damai, melainkan justru memilih membatalkan
perjanjian hudaybiah dan atas dasar itulah terjadinya pembebasan kota mekkah.
Umat islam dengan 10.000 pasukan telah bersiap untuk menyerang kota mekkah dan
tepatnya pada tanggal 1 Januari 630 M kota mekkah berhasil ditaklukkan dengan
damai, tanpa peperangan.
Agama islam terus berkembang
berlanjut dengan kepemimpinan khulafa urrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiah,
hingga kekhalifahan terakhir Ottoman. Bisa kita lihat bagaimana damainya ajaran
islam pun pada saat masa pembebasan dan peperangan. Kita ingat kembali kisah pembebasan
palestina untuk kedua kalinya yang dilakukan oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Paska pembebasan,
Shalahuddin masuk ke bumi Palestina dengan penuh kedamaian. Sikapnya yang lemah
lembut dan penuh toleransi berhasil merobohkan persepsi buruk betapa kejamnya
Salahuddin Al-Ayyubi di mata tentara salib. Di akhir pembebasan, pujian
terhadap santunnya akhlak salahuddin al-Ayyubi bukan hanya didengungkan di
kalangan umat islam saja, pun Raja tentara salibpun turut mengakui keluhuran
budinya. Seluruh masyarakat palestina dengan segala Ras dan agama diberi hak
yang sama, saling menjaga dan saling toleransi membangun tatanan palestina yang
baru, tanpa tirani.
Selanjutnya kita pelajari
kembali bagaimana Muhammad Al-Fatih menaklukkan konstantinopel. Setelah pembebasan
terjadi apakah masyarakat konstantinopel yang tidak seakidah dengan ras yang
berbeda dizalimi dan diintimidasi? Sejarah secara gamblang mencatat peristiwa
paska pembebasan. Ketika Muhammad Al-Fatih berhenti di depan gereja besar.
Didapatinya masyarakat Konstantinopel yang berlindung dan khawatir akan
keselamatannya. Mereka teringat kejadian masa lalu di hari yang sama, ketika
masyarakat muslim dibantai saat wilayahnya dikuasai. Namun Al-Fatih berkata,
“Pergilah kalian wahai warga Konstantinopel yang ingin keluar dari sini, dan yang
ingin tinggal maka kita bangun negeri ini bersama-sama”.
Muhammad Alfatih tidak
mengatakan “pergilah atau masuk ke dalam islam” terhadap bangsa yang
ditaklukinya, melainkan melindungi dan mengajak mereka bersama-sama membangun
tatanan konstantinopel yang baru. Pun di Indonesia, islam masuk dengan damai
melalui jalur perdagangan dan pernikahan serta dakwah yang santun. Dan ketika
umat islam menjadi mayoritas di Indonesia, apakah yang minoritasnya
dipinggirkan? Di Aceh yang menerapkan syari’at islam apakah lantas yang
minoritas ditindas?. Pancasila lahir di tengah-tengah pemikiran umat islam.
Lihat bagaimana kemurahan hati umat islam mayoritas ketika terjadi perbedaan
pendapat pada sila pertama usulan Muhammad Yamin yang kini menjadi piagam
Jakarta. Atas dasar toleransi umat islam yang mayoritaslah rumusan sila pertama
tersebut diubah redaksinya hingga lahirlah sebagaimana pancasila yang
masih kita junjung tinggi sekarang.
Berbeda dengan ketika komunis
berkuasa. Di China, di Kamboja, bahkan di Indonesia, atau di Negara-negara
komunis lainnya. Sebuah artikel yang ditulis oleh Abdullah Manshur di majalah
Turkistan, Al Islamiyah, menceritakan bagaimana kejahatan rezim Komunis Cina di
Turkistan Timur. Di bawah kepemimpinan Mao Tse Tung, komunis china telah
membantai sebanyak 4,5 juta Muslim. Mereka juga mengembargo ekonomi kaum
Muslimin di Uighur di Turkistan Timur, melarang mereka untuk menduduki jabatan
di pemerintahan, mencegah mereka dari berhubungan dengan kaum Muslimin lainnya
di luar Turkistan, serta melarang mereka untuk pergi ke luar negeri.
Beda lagi ketika Komunis Khmer
Merah berkuasa di kamboja. Ketika berkuasa, banyak penduduk kamboja yang
ditangkap, disiksa, dan dibunuh oleh aparat Negara mereka sendiri. Tercatat
selama khmer merah berkuasa, setidaknya sebanyak 2 juta jiwa rakyat kamboja
meninggal dunia. Dan di Indonesia dapat kita lihat sendiri fakta sejarahnya
ketika pemberontakan PKI 1948 di madiun dan ketika pemberontakan partai komunis
Indonesia 30 September 1965, saksikan berapa banyak ulama, jenderal, dan
masyarakat sipil kita yang terbunuh oleh kekejaman partai komunis Indonesia.
Semua kisah diatas bukan merupakan dongeng dan isapan jempol belaka, adalah
fakta yang telah terbukti kebenarannya.
Sebab itu, sangat tidak layak
jika kebangkitan umat islam dan khilafah Islamiyah disandingkan dengan ideologi
komunis. Kita boleh tidak setuju dengan konsep khilafah, tapi hendaklah tidak
mencela mereka yang mendambakan konsep khilafah itu sendiri dengan
menyama-nyamakan mereka layaknya ISIS dan komunis yang untuk menegakkan
ideologinya menggunakan cara-cara yang tidak berprikemanusiaan. Khilafah
islamiah adalah ideologi yang santun, yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan bahkan dalam situasi perang sekalipun.
No comments:
Write comments