Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku (QS. Azzariyat : 56 ). Kutipan firman diatas merupakan satu bentuk penegasan dari Tuhan kepada makhluknya terkhusus kepada jin dan manusia bahwa tujuan diciptakannya mereka adalah mutlak hanya untuk beribadah kepadanya. Ibadah dalam artian menjalankan segala apa yang diperintahkannya sebagaimana dimaktubkan dalam Alqur’an dan Assunnah (Hadits nabi Muhammad SAW) dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Ada beragam bentuk ibadah yang harus dilaksanakan manusia sebagai makhluk, diantaranya ada yang dianamakan sebagai ibadah mahdah dan ada pula yang dinamakan sebagai ibadah muamalah. Ibadah mahdah merupakan ibadah vertikal, terkhusus hubungan antara manusia dengan rabbnya seperti ibadah shalat, puasa, dan haji serta tidak melakukan kesyirikan terhadap Zatnya. Ibadah muamalah merupakan ibadah horizontal, terkhusus hubungan antara manusia dengan manusia lainnya seperti tolong menolong, berprilaku adil, bersikap jujur, amanah dan segala macam bentuk perbuatan baik lainnya.
Sebagai makhluk yang sadar betul akan tujuan hidupnya, manusia yang taat akan senantiasa melakukan segala apa yang diperintahkan oleh Tuhannya, tak terkhusus pada ibadah yang wajib saja namun juga diselingi dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Mereka senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah, mengikuti berbagai macam kajian ilmu agama, menjaga sikap serta tutur katanya. Disamping itu diantara mereka juga ada yang melakukan ibadah-ibadah sunnah lainnya seperti memanjangkan jenggot, menggunakan celana diatas mata kaki, bahkan tidak jarang bagi kaum wanitanya menggunakan cadar. Hal semacam ini merupakan satu bentuk totalitas pengabdian seorang hamba kepada rabbnya.
Namun sangat disayangkan hal semacam ini justru dianggap sebagai hal yang aneh di mata sebagian orang, tak urung juga di kalangan tertentu kaum muslimin. Mereka yang mencoba menjalankan sunnah seperti memanjangkan jenggot, menggunakan gamis dianggap sebagai kaum ekstrimis, kaum yang terlalu agamis, atau mungkin dianggap sebagai kaumnya teroris.
Mereka yang mencoba totalitas dalam pengabdian tak urung dideskriditkan, mereka diasingkan dari pergaulan. Wanita bercadar dijadikan sebagai bahan lucu-lucuan, bahan ejekan hingga tak heran jika ada julukan “ninja” yang disematkan terhadap wanita yang ingin totalitas mengabdi terhadap rabbnya, yang senantiasa menjaga diri dari fitnah setiap orang yang memandang keelokan wajahnya. Di lain hal, berpakaian serba terbuka dijadikan sebagai ajang bangga-banggaan, yang terseksi dianggap sebagai yang terindah dan yang terbaik. Yang buka-bukaan diberi beragam pujian, disorot bah artis di dunia televise. Di lain hal yang tertutup malah dijadikan bahan ejekan, bahan lucu-lucuan, atau mungkin dianggap sebagai orang yang menakutkan, ekstrimis, teroris. Naudzubillahi min dzalik.
Sungguh amat disayangkan pernyataan semacam ini, terkhusus jika diucapkan dari lisan kaum muslimin. Mereka lebih senang dan bangga jika melihat dan menjadi bagian dari kaum hedonis yang berprilaku modernis, berpakaian serba terbuka, mengundang syahwat bagi lawan jenisnya, lupa Tuhan, lupa akan hakikatnya ia diciptakan. Manusia hakikatnya ada dan dilahirkan didunia ini hanyalah untuk beribadah kepada penciptanya, tidak untuk menikmati kesenangan dunia, bermegah-megah, berprilaku dan berpakaian semaunya, melainkan fokus untuk mencari bekal akhirat sana yang kekal abadi selama-lamanya. Untuk mencari bekal akhirat seorang manusia harus dengan sungguh-sungguh melaksanakan segala perintah rabbnya, mengikuti segala apa yang dicontohkan oleh rasulnya, salah satunya yaitu dengan mengikuti sunnahnya. Sebab itu, totalitas pengabdian seorang hamba merupakan suatu bentuk kemutlakan yang harus dilaksanakan oleh setiap manusia, terkhusus umat muslim dunia. bersikaplah sebagaimana sikap orang muslim sesungguhnya, berpakaianlah sebagaimana berpakaian orang muslim sejatinya. Tidak perlu malu atas anggapan-anggapan kaum liberalis. Dan untuk manusia yang belum mampu melaksanakan sunnah, hargai dan sokonglah mereka, bukan malah mendeskriditkan mereka, menganggap mereka ekstrimis, aneh, atau mungkin menjuluki mereka sebagai teroris. Agamis merupakan fitrah manusia. Agamis tak patut disamakan dengan ekstrimis, apalagi teroris.
Monday, 15 August 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write comments