Monday, 15 August 2016

Masjid sebagai Tempat Ibadah sekaligus Sumber Pustaka Umat

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan” (Q.S Al-‘Alaq : 1). Kutipan firman diatas merupakan isyarat dari Tuhan yang menggambarkan sebegitu pentingnya perintah membaca sehingga firman ini dijadikan sebagai wahyu pembuka yang disampaikan oleh malaikat Jibril atas perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Membaca itu penting sebab membaca dapat membuka cakrawala fikiran menjadi begitu luas. Segala disiplin ilmu pengetahuan dapat didapatkan hanya dengan membaca. Dunia yang luas akan mudah kita kenali hanya dengan membaca buku-buku tentangnya. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk mengetahui bagaimana peradaban dan kuliner mereka. Hanya dengan membaca kita tahu. Tak perlu sulit membedah untuk mengetahui bentuk dan fungsi organ dalam tubuh manusia, namun hanya dengan membaca, segala informasi tersebut akan kita dapatkan.

Sejarah kehidupan dan peradaban manusia membuktikan bahwa membaca merupakan modal terpenting untuk membangun sebuah peradaban kearah kemajuan sastra, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Dunia mencatat, Islam pada abad klasik (7-10 M) mengalami kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan. Di masa itu, peran buku sangatlah sentral dalam tatanan kehidupan. Kemajuan ini dibuktikan dengan banyaknya ilmuan muslim yang lahir di masa itu. Ada Ibnu Rusyd dengan karya-karyanya terkenal di kalangan ilmuan eropa. Karyanya seperti Kuliaat Fii al –Tib ( Buku kedokteran ) dan Fasl Al-Maqal Fi Ma bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (Filsafat dalam islam dan menolak segala faham yang bertentangan dengan filsafat). Ada juga Ibnu Sina dengan Qanun Fi Al-Thib yang monumental dikalangan dunia Barat hingga tak heran jika Ia dijuluki sebagai “Bapak Pengobatan Modern” disana. Selain itu, ada juga Al- Biruni yang merupakan Matematikawan, Astronom, Fisikawan, penulis ensiklopedia, Ahli Farmasi, dan guru yang banyak menyumbangkan fikirannya di bidang Matematika, Filsafat, dan obat-obatan. Sumbangansihnya dibidang ilmu matematika diantaranya aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan seri, analisis kombinatorial, kaidah angka tiga, bilangan irasional, teori perbandingan, definisi aljabar, teorema Archimedes, geometri, dan masih banyak lagi sumbangan pemikirannya dibidang matematika ini. Al-Khawarizmi yang dikenal sebagai guru Aljabar di Eropa, Ibnu Ismail Aljazari yang merupakan penemu konsep modern Robotika dan masih banyak lagi sumbangsih-sumbangsih ilmuan muslim pada masa itu. Semua tak lain adalah buah dari membaca. Dengan membaca mereka mampu membuka cakrawala fikiran kearah kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban.

Untuk mendapatkan bahan bacaan dibutuhkan suatu sarana prasarana yang dapat mendukung untuk terciptanya generasi emas umat islam yang gemar membaca ini, yang dalam hal ini perpustakaan. Secara umum perpustakaan dapat kita artikan sebagai pusat pengelolaan koleksi bahan pustaka baik dalam bentuk buku, video, film, Audio, dan bentuk fisik sumber pustaka lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran maupun sebagai media penelitian.

Namun, untuk saat ini pemikiran lama mengenai perpustakaan yang hanya merupakan tempat penyimpanan koleksi buku-buku, dan bentuk fisik sumber pustaka lainnya yang disimpan di dalam gedung sedikit demi sedikit mulai tergeser. Perpustakaan tidak hanya difungsikan sebagai tempat penyimpanan sumber pustaka saja, namun difungsikan juga sebagai sebagai tempat manajemen dari semua sumber pustaka itu.

Masjid yang pada dasarnya difungsikan sebagai sentral utama segala aktifitasan keummatan, sepatutnya tidak hanya digunakan sebagai tempat sujud saja sebagaimana pengertian harfiahnya dari kata sajada yang bermakna tempat sujud. Namun, perlu juga dilirik makna secara istilahnya yang bermakna sebagai tonggak dasar dari pusat keummatan yang meliputi sebagai tempat ibadah, muamalah, dan pendidikan umat.

Suryo AB (AlTasamuh-2003) mengatakan di era kebangkitan umat saat ini, fungsi dan peran masjid sangat diperhitungkan. Setidaknya ada empat fungsi masjid dalam manajemen potensi umat, diantaranya :
1. Pusat pendidikan dan pelatihan.
2. Pusat perekonomian umat.
3. Pusat penjaringan potensi umat dan
4. Pusat kepustakaan.

Masjid sebagai pusat berkumpulnya umat sudah sewajarnya tidak dijadikan sebagai tempat ibadah saja. Masjid hendaknya dijadikan juga sebagai pusat ilmu pengetahuan dimana didalamnya terdapat buku-buku yang dapat diakses oleh umat. Apa gunanya masjid yang megah jika hanya difungsikan sebagai tempat ibadah mahdah. Ramainya hanya pada saat sholat lima waktu saja. Untuk itu, perlu disediakan satu ruangan khusus di masjid sebagai ruangan yang berisi buku-buku yang dapat diakses oleh umat. Tak terbatas pada buku-buku agama saja. Penting juga diisi dengan buku-buku umum yang berguna bagi para pelajar dan mahasiswa serta masyarakat sehingga masjid kembali hidup dengan nuansa pendidikan yang berguna untuk pencerdasan umat, menciptakan generasi emas umat islam di masa mendatang.

Selain itu, untuk keteraturan dan kemudahan penggunaan, sebuah perpustakaan masjid memerlukan sebuah sistem yang bertugas untuk memilah-milah dan mengelompokkan bahan pustaka sekaligus sebagai pemberi tanda bagi setiap bahan pustaka itu sehingga menjadi mudah untuk dicari dan ditemukan. Sistem semacam ini dikenal dengan sebutan Sistem Klasifikasi Bahan Pustaka. Klasifikasi berfungsi untuk membagi bahan-bahan pustaka yang ada menjadi berbagai kelompok sesuai dengan tema, judul, penulis, dan/atau parameter-parameter lainnya yang akan memudahkan penempatan bahan-bahan pustaka tersebut dalam rak-rak buku, serta untuk memudahkan proses penemuan buku-buku tersebut ketika dibutuhkan. Selain itu, didalam perpustakaan masjid perlu dibuat beberapa ruangan seperti ruangan untuk diskusi, pengkajian dan penelitian, serta ruangan membaca (Ribkhi Mustofa Alyan:1999:162). Pengelompokan ruangan ini difungsikan untuk memudahkan bagi pengunjung yang umumnya memiliki tujuan yang berbeda ketika berkunjung ke perpustakaan. Sebab diantara mereka mungkin ada yang ingin berdiskusi, membaca, atau sekedar mencari bahan referensi untuk dipinjam. Dalam hal ini jika ruangan diskusi digabungkan dengan ruangan membaca tentunya akan mengganggu konsentrasi dari pembaca itu sendiri. Maka dari itu diperlukan pengelompokan ruangan tersebut. Sistem tata kelola semacam ini biasa dilakukan pada perpustakaan-perpustakaan masjid tradisional di Kairo misalnya. Didalam masjid tersebut disediakan ruangan khusus yang terdiri dari satu ruang berkubah panjang yang berhubungan dengan ruangan-ruangan penyimpanan buku. Penguasa pada masa itu membangun tangga-tangga dari kayu berhias setinggi orang dengan lebar 3 yard yang mempunyai rak-rak dari atas sampai bawah disepanjang ruangan besar dan ruangan penyimpanan buku. Hal diatas setidaknya perlu diterapkan pada perpustakaan masjid modern untuk menciptakan perpustakaan masjid dengan tata kelola yang baik, dan masjid yang tidak hanya sebagai tempat ibadah mahdah saja tapi juga sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai sumber pustaka umat.

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments